Ini postingan pertama saya. Jika ada banyak typo, saya mohon maaf.
Happy Reading (:
Author : Yulia Ariswati
Title : Hole in the Heart of Family
Genre : sad, tragic, family life
Rate : 17+
Pada abad pertengahan, di
pinggiran kota terdapat rumah besar yang dihuni satu keluarga. Si papa
mempunyai 3 orang istri dan 6 orang anak laki-laki.
Dari istri pertama, si papa
mempunyai 2 orang anak bernama Richi dan Nicho. Istri pertama menyuruh kedua
anaknya untuk terus belajar, agar salah satu dari mereka bisa menjadi pewaris
keluarga. Nicho belajar mati-matian untuk menjadi pewaris dan untuk merebut
perhatian ibunya. Karena, si ibu terlalu memperhatikan dan memanja Richi. Lama
kelamaan tumbuh rasa sakit hati yang sangat besar di dalam diri Nicho kepada
kakak dan ibunya.
Dari istri kedua, si papa punya 3
orang anak bernama Relhi, Rilho, dan Rulhi . Istri kedua menyuruh Relhi belajar
mati-matian dan tidak memperbolehkannya untuk bermain dengan adik-adiknya
sekalipun. Sedangkan, kedua adiknya diperbolehkan bermain sepuasnya. Hal itu
membuat Relhi sangat membenci ibunya. Ibunya berkata kepadanya,
“Kamu harus menjadi pewaris.
Karena kalau tidak, kamu seharusnya tidak ada di dunia ini.”
Dari anak ketiga, si papa punya 1
orang anak yang bernama Mizu. Karena mencoba untuk membunuh suaminya, si ibu
dipenjara di menara yang ada di belakang rumah mereka. Mizu berusaha
menyelamatkan ibunya, tapi sia-sia, penjaranya sangat kokoh. Si ibupun
memberikan pisau kepada Mizu, sambil berkata,
“Ibu ingin kamu membunuh
seseorang.”
Setelah itu, ibunya bunuh diri di
dalam penjara. Melihat itu, Mizu sangat terpukul dan membenci papanya yang
sudah memasukkan ibunya ke penjara sehingga membuat ibunya bunuh diri.
Beberapa bulan setelah istri
ketiga meninggal, istri pertama dibunuh oleh Nicho. Di nafas terakhirnya istri
pertama berkata,
“Aku sangat senang karena kamu
yang mengakhiri hidupku. Sekarang aku bisa tenang.”
Lalu istri pertama menghembuskan
nafas terakhirnya. Nicho lalu berteriak kepada mayat ibunya,
“Tidaaakkkkk.... Aku tidak ingin
kamu mati dengan tenang.... Bangun... Aku akan membunuhmu lagi jika kau tidak
bangun... Aku masih ingin menyiksamu....”
Lanjut kepada nasib istri kedua.
Saat tengah berjalan menuruni tangga, Relhi berjalan menaiki tangga. Saat ia
hendak menyapa, Relhi menusuk dadanya dengan pisau sampai darahnya muncrat di
kemeja putih milik Rehi. Relhi tersenyum, lalu cemberut sambil berkata,
“Ibu.. Kau menodai bajuku dengan
darahmu. Ini adalah baju kesayanganku. Kemari, bu. Aku belum selesai denganmu.”
Si ibu langsung lari dari Relhi.
Dengan susah payah dia menuju ke kamar Rilho. Darahnya menetes di sepanjang
lantai yang dilaluinya. Ketika sampai di kamar Rilho, si ibu berkata kepada
Rilho,
“Tolong lindungi ibu. Kakakmu
ingin membunuh ibu.”
Rilho hanya tersenyum datar tanpa mengatakan sepatah
katapun.
“Kau memang anak yang paling bisa
kuandalkan.”
Lalu Rilho pergi ke balkon
kamarnya. Ibunya mengikuti Rilho karena takut Relhi datang tiba-tiba untuk
menusuknya lagi. Lalu Rilho mendorong ibunya dari balkon sambil berkata,
“Aku sayang padamu, Bu.”
Ibunya langsung meninggal setelah
jatuh dari balkon.
Hari sudah malam. Rulhi sedang
berjalan-jalan di pekarangan rumah sambil membawa lilin untuk menerangi
jalannya, tiba-tiba melihat mayat ibunya yang tergeletak di bawah lampu taman.
Dia menghampiri mayat ibunya dan berbicara kepada mayat ibunya,
“Ibu sedang apa disini?
Sepertinya ibu kedinginan. Aku akan menghangatkanmu.”
Rulhi lalu melemparkan lilin yang
dibawanya ke mayat ibunya. Terbakarlah mayat ibunya.
“Sekarang sudah hangatkan bu?
Hahahahahahahaha”
Ia lalu meninggalkan mayat ibunya
yang terbakar itu sambil bersiul.
Paginya, si papa yang sedang
menikmati indahnya bunga dan pepohonan di pekarangan rumahnya menemukan mayat
yang terbakar di pekarangan rumahnya. Dia segera menyuruh para pelayannya untuk
membuang sisa mayat itu, karena menurutnya keberadaan mayat itu sangat
mengganggu keindahan pekarangan rumahnya dan ia sama sekali tidak peduli itu
mayat siapa.
Saat si papa berjalan di lorong
rumah, dia bertemu dengan Mizu. Mizu tersenyum mengerikan kearah papanya. Si papa
terkejut, lalu terdiam. Mizu mendekatinya sambil berkata,
“Aku rasa, kita adalah keluarga
yang paling bahagia di dunia. Ini semua berkat kepala keluarga sepertimu.”
Setelah berkata seperti itu, Mizu
langsung menusukkan pisau pemberian ibunya tepat di leher papanya. Si papa
langsung jatuh terlentang dengan pisau
yang masih menancap di leher. Mizu mencabut pisaunya. Darah segar langsung
menyembur keluar dari leher papanya. Mizu mencongkel mata kiri papanya dan
diberikannya kepada anjing lapar yang ada di depan rumah mereka.
Keesokkan harinya, semua berjalan
seperti biasa. Mereka semua menganggap papa dan ibu mereka sedang jalan-jalan
keluar kota dan akan kembali esok hari.
Setiap hari mereka lalui dengan
beranggapan seperti itu. Nicho bahkan membuat catatan untuk saudara-saudaranya yang lain,
berisi
“Mereka sedang
jalan-jalan keluar kota dan akan kembali esok hari, (baca setiap hari!)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar